Jumat, 16 Maret 2012

KENAPA MINUM HARUS DUDUK?

Inilah Alasan Rosulullah Melarang Ummatnya Minum Sambil Berdiri
    Dalam hadist disebutkan“ janganlah kamu minum sambil berdiri ”. Dari segi kesehatan. Air yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh sfinger. Sfinger adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal. Jika kita minum sambil berdiri. Air yang kita minum otomatis masuk tanpa disaring lagi. Langsung menuju kandung kemih. Ketika menuju kandung kemih itu terjadi pengendapan di saluran sepanjang perjalanan (ureter). Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter inilah awal mula munculnya bencana. Betul, penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang
sungguh berbahaya. diduga diakibatkan karena Susah kencing, jelas hal ini berhubungan dengan saluran yang sedikit demi sedikit tersumbat tadi.
Dari Anas r.a. dari Nabi saw.:
“Bahwa ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri”.Qatadah berkata, “Kemudian
kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa hal itu lebih buruk.” Pada saat duduk, apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lambat. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan
dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang
dalam waktu lama maka akan menyebabkan mdlar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan disfungsi pencernaan. Adapun rasulullah saw pernah sekali minum sambil berdiri,
maka itu dikarenakan ada sesuatu yang menghalangi beliau untuk duduk, seperti penuh sesaknya manusia pada tempat- tempat suci, bukan merupakan kebiasaan. Ingat azas darurat!
Manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf
sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupakan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bias mencapaiketenangan yang merupakan syarat terpenting pada saat makan dan minum.

Selasa, 21 Februari 2012

PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI



       KETIKA anak-anak sebagai calon generasi penerus tak lagi mengenal diri,ketika mereka tak lagi tahu jalan menuju sebuah gerbang masa depan, maka ketika itu pula sebuah krisis akan dan tengah terjadi. Mungkin mereka terlahir hanya sebagai proyek orang tua atau mungkin fotocopi generasi pendahulunya. Hal ini menimbulkan pertanyaan paling penting dan harus segera dijawab kalau kita hendak membangun generasi penerus yang berkualitas. Apa yang seharusnya kita investasikan pada anak-anak sejak usia dini agar mereka bisa menjadi harapan bangsa,tulang punggung negara? Tidak salah kalau kemudian dikatakan,kita harus menyentuh nuraninya sejak dini,kita bimbing mereka agar tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia dan berkualitas. Hal ini bisa dilakukan dengan pendidikan sepanjang hayat,dimulai semenjak lahir—bahkan sebelum lahir—sampai akhir usia. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang secara sadar dan terencana berusaha mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan, akhlak, dan budi pekerti mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,masyarakat,bangsa,dan negara. Dengan kata lain,pendidikan adalah suatu proses sadar untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir dan kecerdasan emosi,berwatak mulia dan berketerampilan untuk siap hidup ditengah-tengah masyarakat.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

       Hasil identifikasi UNESCO memberikan empat alasan tentang pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini, yakni:
   1.       Alasan pendidikan:
       PAUD merupakan pondasi awal dalam meningktkan kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan pendidikan yang lebih tinggi,menurunkan angka mengulang kelas dan angka putus sekolah.
   2.       Alasan ekonomi:
PAUD merupakan inestasi yang menguntungkan bagi pribadi anak, keluarga maupun masyarakat.
 3.       Alasan sosial:
PAUD merupakan salah satu upaya untuk menghentikan rod kemiskinan.
 4.       Alasan hak/hukum:
PAUD merupakan hak setiap anak (sebagai warga negara) untuk memperoleh pendidikan yang dijamin oleh negara.

PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui PAUD,anak-anak usia 0-6 tahun memperoleh pendidikan,sentuhan,stimulasi dan atau rangsangan yang bermakna yang mengarah pada pencapaian kesempurnaan perkembangan otaknya,ditunjang dengan pemberian gizi yang seimbang.
Pada pendidikan usia dini yang ditekankan ialah pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk PAUD  dan TK lebih ditekankan pada pengenalan dan pengembangan peran serta fungsi diri,kemudian baru dikembangkan kemampuan bahasa,daya pikir,perasaan dan keterampilan lain seperti pengendalian diri,kerja sama,mengenal huruf dan angka,dan berhitung, yang  semuanya masih adisampaikan dalam suasana gembira, ceria,dengan bermain dan bernyanyi serta menari/gerak.
Salah satu penyebab kegagalan belajar disekolah selama ini, adalah adanya pandangan pendidik bahwa setiap anak memiliki gaya belajar yang sama, sehingga tidak menyediakan proses dan menu pembelajaran yang berbeda-beda. Kesadaran para pendidik tentang perbedaan untuk mengembangkan kecerdasan anak sesuai gaya belajar anak sangat diperlukan. Tanpa hal ini, hanya anak-anak tertentu saja yang maju yaitu anak yang memiliki ecerdasan lingiuistik-verbal dan logis-matematis yang baik,sementara anak yang mempunyai mempunyai kecerdasaan musical-ritmik,badan-kinestetik dan naturalis atau alam tidak berkembang. Pada hal dengan bakat dan kecerdasan tersebutlah akan bisa lahir seorang pelukis hebat,olahragawan,maesrto musik,atau petualang hebat.
Kurangnya kemampuan mengembangkan metode kolaboratif dan variatif dan pusat-pusat pembelajaran,menyebabkan minimnya anak yang terbantu dalam mengembangkan dan melatih kecerdasan. Pendidikan yang selama ini dilakukan juga kurang mengembangkan pendekatan pembelajaran yang berdasar pada kecerdasn jamak. Sebagaimana swalayan yang menyediakan berbagaimacam barang atau produk bagi para konsumennya,tentunya akan lebih baik apabila pendidika yang selama ini dilakukan juga menyediakan berbagai menu dan cara pendekatan pembelajaran.
Anak-anak kita adalah masadepan kita,di tangan kita jualah pendidikan mereka untuk merenda masa depannya ditentukan. Pendidikan sejak dini merupakan bekal terbaik dan yang paling dibutuhkan untuk mengemban tanggung jawab dan tugas sebagai generasi penerus bangsa. Pendidikan sejak dini yang akan membentuk pribadi di masa mendatang. Dalam buku psikologi komunikasi,Jalaludin Rahmad menulis kembali puisi karya Doroty Law Nolte yang patut kita renungkan:

Anak Belajar dari Kehidupannya
(Children Learn What They Live)

Jika anak dibesarkan dengan celana,
Maka ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan
Ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
Ia belajar rendah diri
Dan jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
Ia belajar menyesali diri.
Sebaliknya jika anak dibesarkan dengan toleransi,
Ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
Ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
Ia belajar keadilan.

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
Ia belajar menaruh perhatian
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
Ia belajar menyayangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupannya

PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI (Pengajian anak di London)
Filed under: BUNGA RAMPAI

Pentingnya Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini
Konon,….anak adalah kertas putih yang akan dituliskan oleh para orangtua,….hitam, putih, merah atau abu-abu kah mereka, orangtua punya andil besar dalam menuliskannya…….
Ada perumpamaan  yang mengatakan bahwa belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu, dan belajar sesudah dewasa bagai mengukir diatas air. Perumpamaan ini juga merupakan hadis yang diriwayatkan oleh Ath Thabarani dalam Mu’jam Al Kabir. Hadist dan perumpamaan ini menganjurkan supaya kita mendidik dan mengajarkan anak anak kita sejak dini, karena sejatinya manusia dilahirkan dalam kondisi yang sangat lemah dan tidak berdaya, untuk bisa hidup normal dia sangat bergantung kepada kedua orangtuanya, selain susu dari ibunya setiap manusia juga membutuhkan kasih sayang, perlindungan, dan pendidikan untuk melanjutkan hidupnya.

Kecenderungan potret kehidupan keluarga zaman sekarang sebagian lebih mementingkan pendidikan duniawi pada anak ketimbang memikirkan pendidikan agama bagi anak anaknya. Itu tidak bisa dipungkiri karena para orangtua takut jikalau anak mereka tidak dapat bersaing dalam mencari pekerjaan untuk masa depannya. Tidak dapat dipungkiri pula kemajuan teknologi menimbulkan persaingan yang sangat ketat masa ini, yang mengharuskan kita para orangtua wajib membekali diri anak anak kita dengan ilmu dan skill yang memadai, tetapi kemudian apakah kita mengesampingkan pendidikan moralnya ? …. 
Tahun 2009 merupakan tahun dicanangkannya Pendidikan Agama Usia Dini, yang ditetapkan oleh Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni. Menurut beliau  pendidikan agama yang dilakukan sejak dini menjadikan anak didik tidak hanya memperoleh pemahaman agama dengan benar, tetapi juga anak dapat terhindar dari bahaya pengaruh negatif seperti narkoba dan lain sebagainya. Dan Menteri agama tidak meyakini jika seseorang memperoleh pemahaman agama dengan benar akan melahirkan fanatisme yang berlebihan, pendidikan agama sejak dini juga menciptakan anak memahami segala bentuk perbedaan dari setiap agama yang ada. Juga menjadikan anak memahami bahwa setiap agama tidak mengajarkan sesuatu yang negatif. Jangankan berlainan agama terkadang satu agamapun banyak kita temui tentang pemahaman agama dan cara pandang yang berbeda. Mengapa pula kita tidak melihat semua perbedaan itu menjadi keragaman yang indah, dan menjelaskan kepada para penerus atau anak anak kita bahwa  perbedaan itu adalah indah. Pemahaman akan hal ini lebih mudah ditanamkan dan diajarkan bila kita berada di negara kita sendiri,   dan pertanyaan sekarang yang muncul sekarang bagaimana cara mengajarkan anak di usia dini bila kita berada di luar negeri dengan segala perbedaan culture yang ada. Karena di Indonesia segalanya lebih memungkinan untuk kita para orangtua dalam memberikan pendidikan agama sejak dini untuk anak kita  dengan segala suasana dan aura keagamaan yang lebih terasa, sebagai contoh: sejak dia lahir,  kita sudah mengenalkan dia tentang agama,…. dengan kita melafadzkan adzan ditelinga mungilnya. Kemudian setelah dia balita kita perkenalkan dengan islam melalui dongeng sederhana tentang para nabi dan rasulnya dan kemudian setelah dia bisa mengerti mengapa orang Islam itu perlu shalat, kita contohkan dan ajarkan sedikit demi sedikit tata cara bershalat, selanjutnya mereka kita ajarkan berpuasa di bulan Ramadhan perlahan lahan, dan yang terpenting lagi banyak panduan dan tayangan televisi yang mendidik yang membantu kita mengenalkan agama sejak dini pada buah hati kita. Ini adalah pengajaran dan pemahaman yang berasal dari rumah sebelum anak tersebut memasuki pendidikan di sekolah yang dengan mudah kita lakukan di Indonesia. Dan bila kita tidak memiliki pengetahuan agama yang cukup buat anak, kita bisa memanggil guru privat atau memasukkannya di sekolah agama di luar dari sekolah formal.

Pendidikan dan Pengajian bagi anak Indonesia di London
Pertanyaan diatas tentang bagaimana mengajarkan dan mencari ilmu agama untuk anak pada usia dini telah menemukan solusinya bagi kita yang berada di London, semua yang dengan mudah kita lakukan di Indonesia tidak menutup kemungkinan pula bisa dengan mudah dilakukan di luar negeri.  Di  London misalnya, ada perkumpulan pengajian yang khusus diperuntukan bagi warga Indonesia yang tinggal di London.
Perkumpulan yang didirikan atas dukungan dari para sesepuh dan tokoh agama islam di London al: Bp. Jamal, Bp. Ibrahim, Bp. Royandi dan Bp. Azhari ini adalah cikal bakal dari dibukanya pengajian yang diperuntukan bagi anak anak Indonesia yang berada di London. Pada tanggal 1 Agustus 2009 yang lalu telah dibuka  pengajian anak anakyang diprakarsai oleh bapak Jamal sebagai sesepuh dari The Indonesian Islamic Centre. Dengan begitu bagi pada orangtua yang mempunyai anak-anak yang ingin ikut bergabung dalam pengajian yang merupakan program dari   The Indonesian Islamic Centre ini bisa datang ke alamat : 22 Wakemans Hill Avenue, NW9 OTY, Kingburry-London, pada setiap Sabtu, jam 10 pagi, disana ada Ibu Fadilah yang akan siap mengajari anak anak kita dalam mengenal ilmu agama diusia dini mereka.
Beruntung,  karena atas kerjasama KBRI dan masyarakat Indonesia yang ada di London maka  kita tidak kesulitan mencari tempat untuk anak anak Indonesia dalam menuntut ilmu agama sejak dini, semoga semua tujuan yang baik atas apa yang kita lakukan  untuk anak sebagai penerus bangsa dapat tercapai.  Amien…… Oleh : Ny. Indah sakri

Khutbah Pertama

Allah telah memberikan amanah yang sangat besar di dalam kehidupan kita.
imana amanahtersebut seharusnya kita tunaikan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Nya. Amanat tersebut berupa anak yang telah diberikan kepada kita, kita telah diperintahkan untuk melepaskan diri, keluarga, dan termasuk anak kita dari api neraka jahannam.
“Wahai orang orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, padanya ada malaikat yang kasar, mereka tidaklah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.”
Allah telah menjadikan kita sebagai pemimpin bagi keluarga kita, yang tentunya kita juga akan dimintai pertanggung jawaban. Maka seharusnya suami dan istri saling bekerjasama dalam membina keluarga, karena masing-masing akan dimintai pertanggung-jawaban.
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung-jawaban, maka seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, dan seorang budak adalah pemimpin pada harta majikannya dan akan dimintai pertanggung-jawaban, maka ketahuilah bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawaban.”
“Allah telah mewasiatkan di dalam perkara anak-anak kalian”
Maka orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap keluarga dan keturunannnya, jangan sampai dia dan keturunannnya mendapatkan kemurkaan dari Allah. Maka hendaknya pemimpin keluarga memberikan pelajaran agama yang baik kepada anak keturunannya agar mereka dapat menjadi anak yang shalih. Rasulullah bersabda dalam hadits Ibnu Abbas dalam riwayat Tarmidzi
“Wahai anak kecil, sesungguhnya aku mengajari engkau beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan Allah di hadapanmu, apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah, apabila engkau memohon pertolongan maka mintalah kepada Allah”
Dalam hadits ini menunjukkan perhatian beliau yang besar dalam mendidik anak kaum muslimin. Terlebih bagi mereka yang telah menjadi kepala keluarga, wajib bagi mereka mengajarkan agama Allah baik berupa tauhid, akhlaq, adab, dsb karena semuanya adalah tanggung jawab dari orang tua. Saat rasulullah melihat seorang anak kecil yang makan dengan adab yang jelek, maka beliau bersabda
“Wahai anak kecil, apabila engkau makan maka bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, makanlah mulai dari yang dekat denganmu.”
Demikianlah Rasulullah memberikan pelajaran kepada anak-anak kaum muslimin dengan pelajaran yang diperintahkan oleh Allah. Sebelum datang suatu hari yang menghancurkan dunia ini, hari dimana seseorang akan lari dari saudaranya sendiri, dari bapak dan ibunya, dan dari istri dan anak-anaknya. Pada hari inilah kita mempertanggung jawabkan kehidupan kita di dunia, kita tidak bisa lagi mendidik anak-anak kita karena kesempatan tersebut hanya di dunia saja. Pendidikan anak-anak perlu kita perhatikan karena merekalah kebahagiaan atau kesedihan bagi kita.
“Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian adalah fitnah” Karena itu disamping kita mendidik dan mengarahkan anak-anak kita kepada Islam, tentunya kita tetap menyerahkan hasilnya kepada Allah. Karena yang dapat memberikan hidayah hanyalah Allah. Allah yang akan menentukan mereka mendapat petunjuk atau menjadi tersesat.
Ketika Nabi Isa baru lahir dan ditanya oleh Bani Israil, maka Nabi Isa menjawab, “sesungguhnya aku adalah hamba Allah, Allah yang telah memberikan kepadaku Al Kitab dan menjadikan aku sebagai Nabi. Dan menjadikan aku diberkahi dimanapun aku berada, dan Allah yang mewasiatkan kepadaku untuk menegakkan shalat dan zakat selama aku masih hidup.”
Kemudian dari pernyataan Nabi Isa tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah-lah yang telah menjadikan beliau sebagai orang yang shalih, sebagai seorang Nabi, dan sebagai orang yang menerima kitab suci. Kemudian perkataan Nabi Isa yang lainnya:
“Dan Allah yang telah menjadikan aku sebagai anak yang berbakti kepada orang tuaku dan tidak menjadikan aku sebagai orang yang keras dan kasar.”
Maka apabila kita mengetahui hal ini seharusnya kita berusaha sebaik-baiknya, memohon pertolongan kepada Allah, agar anak keturunan kita dapat menjadi generasi yang shalih. Pertolongan dari Allah kita perlukan karena hidayah itu hanya datang dari Allah, bahkan Nabi Nuh tidak dapat memberikan hidayah kepada anaknya.
Berkata Nabi Nuh terhadap anaknya, “Wahai Anakku, marilah berlayar bersamaku, dan janganlah kamu bersama orang yang kafir”, jawab anaknya, “Aku akan berlindung ke puncak gunung yang dapat menjauhkan aku dari air”. Nabi Nuh berkata, “Pada hari ini tidak ada yang dapat terjaga dari perintah Allah kecuali yang disayangi oleh Allah. Wahai Rabbku sesungguhnya anakku adalah termasuk dari keluargaku, dan sesungguhnya janjimu adalah benar dan engkau adalah Dzat yang maha bijaksana”, jawab Allah, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk dari keluargamu, karena dia beramal yang tidak baik. Maka jangan engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu di dalamnya, sesungguhnya Aku mengingatkanmu agar engkau tidak termasuk orang-orang yang bodoh”, jawab Nabi Nuh, “Wahai Rabbku, kalau seandainya engkau tidak mengampuni dan dan menyanyangi aku maka benar benar aku akan menjadi orang orang yang merugi.”
Akan tetapi seorang anak yang shalih dapat menjadi sebuah permata yang sangat indah. Seperti Nabi Ismail terhadap Nabi Ibrahim, ketika Nabi Ibrahim berkata, “Wahai Anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu? Wahai Bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dan niscaya engkau akan mendapatiku termasuk orang orang yang bersabar.”
Lihatlah bagaimana jawaban dari anak yang shalih kepada bapak yang shalih, padahal mereka berdua diperintahkan untuk mengerjakan suatu hal yang sangat berat. Demikianlah kisah dari keluarga yang shalih, apabila seorang anak telah dijadikan sebagai seorang yang shalih oleh Allah, maka hal tersebut mungkin akan menjadi sebab baiknya kedua orang tuanya, tetapi apabila anak tersebut jelek, mungkin hal tersebut akan menjadi sebab kekafiran kedua orang tuanya.
Sebagaimana Allah telah mengingatkan kita dalam kisah Nabi Khidr dan Nabi Musa. Ketika Allah memerintahkan Nabi Khidr untuk membunuh seorang anak kecil, kemudian nabi Musa berkata,“Kenapa engkau membunuh seorang jiwa padahal dia tidak membunuh jiwa yang lain ?, sungguh Engkau telah melakukan sesuatu yang mungkar”, jawab Nabi Khidr, “Bukankah sudah aku katakan bahwa Engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku ?”.
Kemudian di akhir kisah Nabi Khidr menjelaskan alasannya. Beliau melakukan hal tersebut karena anak kecil yang beliau bunuh sesungguhnya memiliki dua orang tua yang shalih. Dan beliau takut anak tersebut akan memaksa kedua orang tuanya menuju kekafiran, maka beliau ingin agar Allahmemberikan ganti anak yang lebih shalih dan lebih penyayang kepada kedua orang tuanya.
Pada ayat ini disebutkan bahwa seorang anak dapat menjadi sebab kekafiran kedua orang tuanya. Maka anak adalah jaminan terhadap kelurusan agama kita, oleh karena itu barang siapa yang ingin istiqomah di dalam agama ini, maka hendaknya dia mendidik anaknya dengan keshalihan, karena hal tersebut diharapkan menjadi penyebab Allah memberikan kebaikan kepada kedua orang tuanya.
Khutbah ke dua.
Dan termasuk kebiasaan orang yang shalih adalah berdoa agar keturunannya diperbaiki agamanya.
“Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami dari istri dan anak sebagai pelembut dan penenang jiwa kami. Dan jadikanlah kami semua (suami, istri dan anak) sebagai pemuka orang yang bertakwa.”
R`sulullah mendoakan Hasan dan Usamah bin Zaid dalam hadits riwayat imam Bukhari, “Ya Allah, sesunggguhnya aku mencintai keduanya, maka cintailah kedua anak ini.”
Demikian pula doa beliau terhadap Abdullah bin Jafar, “Ya Allah, jadikanlah pada keluarga Jafar kebaikan, dan berkahilah Abdullah pada tangan kanannya.”
“Ya Allah, berilah kepada Anas bin Malik harta dan anak yang banyak, dan berkahilah kepada yang engkau berikan kepada mereka.”
Dan doa beliau terhadap Abdullah bin Abbas, “Ya allah pahamkanlah dia dengan agama, dan pahamkanlah dia dengan tafsir.”
Dan termasuk hal yang harus kita perhatikan dalam pendidikan anak kita adalah jangan sampai kita mengeluarkan suatu ucapan yang jelek, bagaimanapun keadaan kita. Ketika Rasulullah mendengar seseorang melaknat untanya, maka Rasulullah bertanya kepada sahabatnya, “Siapa yang tadi melaknat ?, saya, turunlah engkau dari untamu, jangan engkau menyertai kami dengan sesuatu yang telah dilaknat, janganlah kalian mendoakan keburukan bagi diri diri kalian, anak-anak, dan harta kalian, jangan sampai ketika kalian berdoa kejelekan tersebut bertepatan dengan waktu yang Allah mengabulkan doa tersebut.”
Alhamdulillah link sudah di update, silahkan di download ulang. Jazakallah khair kepada Ashthy.wordpress.com

Pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak


Anak merupakan buah hati bagi masing-masing orang tuanya. Kehadirannya ditengah-tengah keluarga merupakan kebahagiaan tersendiri bagi sang orang tua. Namun sungguh sangat disayangkan, ada sebagian orang tua yang justru mereka kurang memperhatikan anaknya. Mereka justru lebih sibuk mengurusi pekerjaan mereka atau hal yang lainnya. Sehingga sang anak kurang mendapatkan kasih sayang dan juga bimbingan dari orang tuanya.


Mereka menganggap bahwasanya yang terpenting adalah kebutuhan materi bagi sang anak, apabila hal ini telah terpenuhi maka sudah cukup. Ini adalah merupakan suatu bentuk kekeliruan dari sang orang tua. Memang kebutuhan materi itu penting, namun yang lebih penting dari hal tersebut adalah kebutuhan rohani untuk sang anak. Kasih sayang dan juga bimbingan dari orang tua merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh sang anak. Dimana sang anak nanti akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan bimbingan mereka. Dan sang anak biasanya lebih banyak menyerap pendidikan dari orang tua. Maka orang tua itu kedudukannya adalah sebagai guru yang pertama dan paling utama bagi sang anak.

Pendidikan bagi sang anak itu dimulai sejak sang anak masih kecil, dan masing-masing anak tentunya berbeda karakternya, sehingga tidak bisa disikapi dengan sikap yang sama. Ada sebagian anak yang mereka membutuhkan untuk diberikan sikap-sikap yang halus dan lembut, sehingga dalam mendidik mereka juga harus dengan kelembutan dan penuh dengan kasih sayang, tidak perlu menggunakan kekerasan. Namun adapula sebagian anak yang mereka membutuhkan untuk disikapi dengan keras dalam pendidikan, sehingga terkadang sang anak harus dipukul atau yang semisalnya, tapi hal ini tentunya sesuai dengan kadarnya dalam syariat. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kesabaran dalam mendidik sang anak. Dan peran orang tua sangatlah besar dalam hal ini.

Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya) : setiap dari kalian adalah penanggungjawab, dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam (penguasa) dia adalah penanggungjawab dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap rakyatnya, dan seorang  suami adalah penanggungjawab atas keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan seorang istri dia adalah penanggungjawab atas rumah suaminya dan anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadapnya, dan seorang budak adalah penanggungjawab atas harta tuannya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya, maka ketahuilah sesungguhnya setiap dari kalian adalah penanggungjawab dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. (HR. albukhori dan muslim dari ibnu umar)

Maka dari hadits yang mulia ini menunjukan kepada kita bahwa orang tua itu bertanggungjawab atas anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya. Jika sang anak menjadi rusak disebabkan oleh orang tuanya, maka orang tuanya akan mendapatkan dosa sesuai dengan perbuatannya, namun apabila sang anak menjadi anak yang baik dengan sebab mereka, maka mereka juga akan mendapatkan pahala sesuai dengan perbuatan mereka. Oleh karena itu hendaklah orang tua mendidik anaknya agar dia menjadi anak yang sholih yang taat kepada Allah subhanahu wata'ala dan menyejukan mata kedua orang tuanya.

Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : apabila seorang itu meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali dari tiga perkara, shodaqoh jariah (shodaqoh yang manfaat dari shodaqoh itu terus ada), ilmu yang diambil manfaat dengannya, dan seorang anak yang sholih yang mendoakan untuk orang tuanya. (HR. muslim dari Abu Hurairoh)

Maka sungguh sangat beruntung bagi orang tua yang mereka memiliki anak yang sholih, mereka akan senantiasa mendapatkan pahala walaupun mereka telah meninggal dunia. Maka dari sini hendaklah para orang tua itu, mereka semangat dalam mendidik dan membimbing anak-anak mereka.

Kemudian, dalam mendidik sang anak tentunya dibutuhkan adanya saling bantu membantu antara kedua orang tua, apabila salah seorang diantara mereka mengabaikannya, maka tidak akan terwujud anak yang sholih kecuali apabila dikendaki oleh Allah subhanahu wata'ala. Sang anak akan belajar dari sang ayah hal-hal yang dilakukan diluar rumahnya dan dia juga akan belajar dari sang ibu hal-hal yang dilakukan didalam rumahnya. Sehingga penting bagi orang tua untuk senantiasa membimbing sang anak baik ketika dia didalam rumah atau ketika dia berada diluar rumah.

Pendidikan yang paling utama untuk diberikan kepada sang anak adalah pendidikan agama, karena agama inilah yang akan membimbingnya untuk senantiasa berada didalam jalan kebaikan. Dan dengan dia mengetahui tentang agamanya, maka dia akan mengetaui tentang tujuan dia hidup di dunia ini. Allah subhanahu wata'ala berfirman (yang artinya) : dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu (Ad dzariyat : 56)

Maka dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya yang paling penting adalah seorang anak itu mengetahui tentang Allah subhanahu wata'ala dan juga syariat-syariatNya, agar dia bisa menunaikan ibadah yang benar kepada Allah subhanahu wata'ala.

Oleh karena itu, hendaknya pendidikan yang pertama kali diberikan kepada sang anak adalah mendidiknya untuk mengenal tentang aqidah yang benar, karena aqidah ini merupakan pondasi bagi amalan-amalan yang akan dikerjakannya. Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam, beliau pernah berkata kepada Ibnu Abbas (yang artinya) : sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah (yakni jagalah syariat-syariat Allah) niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan dapati Allah ada dihadapanmu (yakni Allah akan menunjukimu pada seluruh kebaikan), apabila kamu meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan maka mintalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwasanya kalau seandainya seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu maka niscaya mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang Allah subhanahu wata'ala telah tuliskan untukmu, dan kalau seandainya mereka bersatu untuk memberikan bahaya kepadamu niscaya mereka tidak akan mampu untuk memberikannya kecuali dengan sesuatu yang Allah subhanahu wata'ala telah tuliskan atasmu, pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (yakni seluruhnya telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata'ala). (HR. At tirmidzi dari Ibnu Abbas)

Dalam hadits yang mulia ini terkandung banyak sekali faidah, diantaranya :
pentingnya mengajari anak tentang aqidah yang benar sebagaimana Rosulullah subhanahu wata'ala mengajarkannya kepada ibnu abbas
bagusnya pendidikan Rosulullah subhanahu wata'ala dan beliau merupakan suri tauladan yang terbaik bagi umatnya
pentingnya mengenal Allah subhanahu wata'ala, karena dengan mengenal Allah subhanahu wata'ala maka Allah subhanahu wata'ala akan menjaganya  menetapkan adanya taqdir yang Allah subhanahu wata'ala telah tetapkan untuk makhluk-makhlukNya
tidak ada yang bisa memberikan manfaat dan madhorot kecuali Allah subhanahu wata'ala

Kemudian, diantara hal yang penting untuk diberikan kepada sang anak semenjak dia masih kecil adalah mengajarinya Al quran. Banyak sekali keutamaan yang bisa diraih dengan seorang itu mempelajari Al quran. Oleh karena itu, hendaklah para orang tua mendidik agar sang anak senang dengan Al quran. Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al quran dan yang mengajarkannya. (HR. Al bukhori dari Utsman bin Affan)

Bimbinglah sang anak agar dia selalu membaca Al quran setiap harinya walaupun mungkin hanya sedikit yang dia baca. Karena membaca Al quran itu pahalanya sangatlah banyak. Rosulullah sholl`llahu 'alaihi wa sallam (yang artinya) : barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al quran) maka dia akan mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan yang semisalnya, aku tidak mengatakan alif lam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan miim satu huruf. (HR. At tirmidzi dari Abdullah bin Mas'ud).

Dan sungguh sangat disayangkan dizaman sekarang ini banyak dikalangan anak-anak yang mereka meninggalkan Al quran. Bahkan yang lebih parah lagi ada diantara mereka yang tidak bisa membaca Al quran sama sekali. Anak-anak banyak disibukkan dengan bacaan-bacaan yang tidak bermanfaat dan bahkan terkadang bisa merusak pemikiran dan akhlak sang anak. Tidak sedikit pula apabila ada seorang anak yang dia membaca Al quran di sekolah ataupun tempat lainnya, lalu anak-anak yang lain mengolokinya dengan julukan-julukan yang buruk, seperti ketinggalan zamanlah, kurang pergaulanlah, sok alim atau yang lainnya. Ini semua merupakan musibah yang besar yang melanda anak-anak kaum muslimin.

 Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mendidik anak-anak agar mereka mencintai Al quran dan membacanya serta mengamalkannya. Dan peran orang tua dalam hal ini sangatlah besar. Apabila sang anak mereka melihat orang tuanya gemar membaca Al quran baik dimasjid, dirumah, ataupun di tempat-tempat yang lainnya yang dibolehkan untuk membaca Al quran, maka tentunya diharapkan sang anak nantinya akan mencontoh perbuatan orang tuanya. Namun sebaliknya, apabila sang anak juga jarang melihat orang tuanya membaca Al quran baik dimasjid ataupun dirumahnya, maka tatkala mereka disuruh untuk membaca Al quran tentunya mereka akan bisa beralasan dengan perbuatan orang tuanya sehingga dia pun enggan untuk membaca Al quran.

Dan hendaknya pula bagi orang tua khususnya dan juga bagi kita semua untuk menegur sang anak apabila dia membaca sesuatu yang tidak bermanfaat baginya, terlebih lagi apabila dia membaca hal-hal yang tidak pantas untuk dia baca. Dan juga hendaklah kita selalu berusaha untuk menghadirkan atau memberikan buku-buku bacaan yang bermanfaat bagi sang anak, karena hal itu bisa menambah keilmuan sang anak dan juga bisa menghindarkan sang anak dari membaca bacaan-bacaan yang tidak bermanfaat.

Kemudian tidak kalah pentingnya juga adalah mengajari sang anak untuk menegakkan sholat karena sholat merupakan tiang agama ini. Dan sholat ini merupakan pembeda antara seorang yang muslim dan yang kafir. Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat ketika sudah berumur tujuh tahun, dan pukullah (jika mereka enggan) ketika sudah berumur sepuluh tahun. (HR. Ahmad dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya)

Dalam hadits ini walaupun disebutkan tujuh tahun baru diperintah untuk sholat, namun bukan berarti kita membiarkan anak-anak yang belum tujuh tahun untuk meninggalkan sholat. Namun kita tetap berusaha melatih mereka walaupun belum mencapai tujuh tahun untuk mengerjakannya agar mereka terlatih semenjak kecilnya. Dan diantara bentuk mengajari sang anak sholat adalah kita mengajaknya untuk mengerjakan sholat, walaupun mungkin sang anak baru bisa mengikuti gerakan-gerakannya saja, tapi minimalnya ini sudah menggambarkan baginya tentang sholat dan dikemudian hari dia melakukannya dengan yang lebih sempurna.
Dan kita lihat sekarang ini, banyak diantara anak-anak kaum muslimin yang mereka meninggalkan sholat. Mereka sibuk bermain kesana kemari atau dengan hal – hal yang lainnya. Ini adalah diantara akibat sang anak tidak dididik semenjak kecilnya untuk mengerjakan sholat sehingga tatkala telah besar mereka pun dengan mudah meninggalkan sholat.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita semua untuk memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anak kita. Dan disana masih banyak lagi hal-hal penting yang sudah sepantasnya diajarkan kepada sang anak semenjak dia kecil. Mudah-mudahan tulisan yang ringkas ini bisa memberikan faidah kepada kita semua. Wallahu A'lam bish showab.


Sabtu, 18 Februari 2012

Ternyata membuat blg itu merupakan hal yang lumayan ribet tapi nyenengin sih........
walau masih belajar tapi kita harus berusaha untuk bisa ngebuat...........
mau tau video lucu antonim cilacap???
klik disini